Mi’raj adalah perjalanan Baginda Rasulullah SAW dari Masjidil Al-Aqsa ke Sidratul Muntaha, kemudian di perjalanan Baginda bertemu Nabi-nabi pada setiap langit sampai langit ketujuh.

Kisah Isra' Mi’raj Perjalanan Nabi Muhammad SAW Menembus Langit Ke-7
Kamis, 11 Maret 2021 bertepatan dengan Peringatan Isra' Mi'raj 1442 H yang terjadi pada tanggal 27 Rajab tahun 621 Masehi dan pada waktu itu umur Baginda Nabi Muhammad SAW adalah 51 tahun. Apakah semua sudah tahu peristiwa Isra' Mi'raj ? Peristiwa Isra' Mi'raj adalah perjalanan agung Nabi Muhammad menuju langit ke-7 untuk menerima perintah shalat dari Allah SWT. Kisah tersebut terjadi pada suatu malam pada tanggal 27 Rajab.
Peristiwa singkat Isra' Mi'raj Nabi Muhammad SAW.
Isra' Mi'raj merupakan sebuah peristiwa penting yang terjadi dalam perjalanan hidup Nabi Muhammad SAW. Dalam Isra' Mi'raj, Rasulullah Muhammad SAW melakukan perjalanan dari Masjidil Haram di Makkah ke Masjidil Aqsa di Yerussalem, Palestina menuju langit ke tujuh kemudian ke Sidratul Muntaha. Perjalanan yang menembus langit ketujuh itu hanya ditempuh satu malam atas perintah Allah SWT. Di sanalah Nabi Muhammad SAW menerima perintah dari Allah SWT berupa shalat lima waktu. Mengapa dikatakan Isra' Mi'raj ?
Apa itu Isra'?
Isra' adalah Perjalanan Baginda Rasulullah dari Masjidil Haram ke Masjidil Al-Aqsa, dengan jarak antara kedua mesjid itu adalah 1239 Km. Waktu itu Rasulullah menaiki Buraq ditemani malaikat Jibril A.S dan malaikat Israfil A.S.
Apa itu Mi’raj?
Sebenarnya Isra' dan Mi'raj merupakan dua peristiwa berbeda. Namun karena dua peristiwa ini terjadi pada waktu yang bersamaan maka disebutlah Isra' Mi'raj.
Dalam perjalanan bertemu Sang Pencipta, selain ditemani malaikat Jibril, Rasullulah mengendarai Buraq, yakni hewan putih panjang, berbadan besar melebihi keledai dan bersayap. Dikisahkan Buraq, sekali melangkah bisa menempuh perjalanan sejauh mata memandang dalam sekejap untuk melewati 7 langit dan bertemu dengan para penghuni di setiap tingkatan.
Dalam hadits tersebut dikisahkan, di langit tingkat pertama, Rasullulah SAW bertemu dengan manusia sekaligus Wali Allah SWT pertama di muka bumi, Nabi Adam A.S. Saat bertemu nabi Adam, Rasullulah sempat bertegur sapa sebelum akhirnya meninggalkan dan melanjutkan perjalanannya. Nabi Adam membalasnya dengan membekali Rasulullah lewat doa agar selalu diberi kebaikan pada setiap urusan yang dihadapinya.
Kemudian di langit kedua, Nabi Muhammad SAW bertemu dengan Nabi Isa A.S dan Nabi Yahya A.S. Seperti halnya di langit pertama, Rasullulah disapa dengan ramah oleh kedua nabi pendahulunya. Sewaktu akan meninggalkan langit kedua, Nabi Isa A.S dan Yahya A.S juga mendoakan kebaikan kepada Rasullulah. Kemudian Rasullulah bersama Malaikat Jibril terbang lagi menuju langit ketiga.
Lalu di langit ketiga, Rasullulah bertemu dengan Nabi Yusuf A.S, manusia tertampan yang pernah diciptakan Allah SWT di bumi. Dalam pertemuannya, Nabi Yusuf A.S memberikan sebagian dari ketampanan wajahnya kepada Nabi Muhammad SAW. Dan juga di akhir pertemuannya, Nabi Yusuf A.S memberikan doa kebaikan kepada nabi terakhir itu.
Setelah berpisah dengan Nabi Yusuf A.S di langit ketiga, Nabi Muhammad melanjutkan perjalanan dan sampailah dia ke langit keempat. Pada tingkatan ini, Rasullulah bertemu Nabi Idris A.S. Yaitu manusia pertama yang mengenal tulisan, dan nabi yang berdakwah kepada bani Qabil dan Memphis di Mesir untuk beriman kepada Allah SWT. Seperti pertemuan dengan nabi-nabi sebelumnya, Nabi Idris A.S memberikan doa kepada Nabi Muhammad SAW supaya diberi kebaikan pada setiap urusan yang dilakukannya.
Selanjutnya di langit kelima, Nabi Muhammad SAW bertemu dengan Nabi Harun. Yaitu nabi yang mendampingi saudaranya, Nabi Musa A.S berdakwah mengajak Raja Firaun yang menyebut dirinya tuhan dan kaum Bani Israil untuk beriman kepada Allah SWT. Harun terkenal sebagai nabi yang memiliki kepandaian berbicara dan meyakinkan orang. Di langit kelima, Nabi Harun mendoakan Nabi Muhammad SAW senantiasa selalu mendapat kebaikan pada setiap perbuatannya.
Pada langit keenam, Nabi Muhammad SAW dan Malaikat Jibril bertemu dengan Nabi Musa A.S. Yaitu nabi yang memiliki jasa besar dalam membebaskan Bani Israil dari perbudakan dan menuntunnya menuju kebenaran Illahi. Selama bertemu dengan Muhammad SAW, Nabi Musa A.S menyambut layaknya kedua sahabat lama yang tidak pernah bertemu. Sebelum Nabi Muhammad pamit meninggalkan langit keenam, Nabi Musa melepasnya dengan doa kebaikan.
Perjalanan terakhir, Nabi Muhammad SAW ke langit ketujuh bertemu dengan sahabat Allah SWT, bapaknya para nabi, Ibrahim A.S. Sewaktu bertemu, Nabi Ibrahim sedang menyandarkan punggungnya ke Baitul Makmur, yaitu suatu tempat yang disediakan Allah SWT kepada para malaikatnya. Setiap harinya, tidak kurang dari 70 ribu malaikat masuk ke dalam. Kemudian Nabi Ibrahim mengajak Muhammad untuk pergi ke Sidratul Muntaha sebelum bertemu dengan Allah SWT untuk menerima perintah wajib salat. Sidratul Muntaha adalah sebuah pohon besar yang berada di langit ketujuh. Ia adalah pemisah. Disebut muntaha (akhir) karena ia merupakan batas akhir dari sebuah perjalanan. Tidak ada satu makhluk pun yang pernah melewatinya kecuali Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam. Sedangkan Pohon Sidr adalah Pohon Bidara.
Masih dalam hadits yang sama, Rasullulah SAW menceritakan bentuk fisik dari Sidratul Muntaha, yaitu berdaun lebar seperti telinga gajah dan buahnya yang menyerupai tempayan besar. Namun ciri fisik Sidratul Muntaha berubah ketika Allah SWT datang. Bahkan Nabi Muhammad SAW sendiri tidak bisa berkata-kata menggambarkan keindahan pohon Sidratul Muntaha. Pada kepercayaan agama lain, Sidratul Muntaha juga diartikan sebagai pohon kehidupan. Di Sidratul Muntaha inilah Nabi Muhammad berdialog dengan Allah SWT, untuk menerima perintah wajib salat lima waktu dalam sehari.
Perjalanan Rasulullah saat itu tidak lah mudah, meskipun beliau dimuliakan oleh Allah SWT tetap saja Nabi Muhammad SAW dihadapkan dengan berbagai godaan. Godaan pertama, ketika nabi ditawari meminum khamar atau susu, namun Rasulullah lebih memilih susu. Selama perjalanan Nabi Muhammad SAW juga selalu diganggu dengan panggilan dari setan, iblis dan perempuan penggoda.
Ketika mencapai Sidratul Muntaha di langit ketujuh maka perjalanan Nabi Muhammad SAW dalam menerima perintah Allah SWT telah berakhir. Perintah yang diterima Rasulullah saat itu yaitu berupa perintah sholat 50 waktu dalam satu hari. Namun ketika menerimanya, Nabi Muhammad SAW diperingatkan oleh nabi Musa A.S untuk memperhatikan kemampuan umatnya.
Menyadari hal itu membuat Nabi Muhammad SAW meminta keringanan pada Allah SWT sehingga perintah sholat diringankan menjadi lima waktu dalam sehari. Sejak saat itulah umat Muslim harus melakukan shalat wajib lima waktu yaitu :
- Subuh
- Zuhur
- Ashar
- Magrib
- Isya
Dengan adanya kisah perjalanan ini semoga dapat mempertebal keimanan dengan tidak meninggalkan shalat lima waktu yang disyariatkan.
Peristiwa Isra' Mi'raj juga telah tertuang dalam Al-Qur'an surat Al Isra:
"Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al-Masjidil Haram ke Al-Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda kebesaran Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat".
Demikian kisah tentang bagaimana peristiwa Isra' Mi'raj terjadi. Semoga selalu jadi pengingat kita untuk tetap menjalankan perintah Allah SWT. آمِيْن يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ
Komentar
Mendidik sekali...
Continue to learn
Apa solat yg di pimpin oleh nabi muhammad saw ketika israj wal miraj, ketika tu semua nabi berkumpul, dan imam situ nabi muhammad saw.
Masha'Allah.
Subhanallah
Assalamu'alaikum Maaf izin untuk mengajukan pendapat bahwasanya saya Lia amalia sedikit bingung karena tidak disertakanya dalil Al-Qur'an. Mohon kiranya dituliskan sebagai acuan referensi kuat, terimakasih Wassalam
ISRAA’ MI’RAJ : PERISTIWA RITUAL-SPIRITUAL SEKALIGUS BERMAKNA SOSIAL-POLITIK Mengenang 1400 tahun (621-2021) Peristiwa Israa’ Mi’raj berdasar perhitungan Masehi / Milaadiyyah. Oleh : Indra Ganie al-Hindi al-Bantani “Maha Suci Allaah, yang telah memperjalankan hambaNya pada suatu malam dari al-Masjidil Haraam ke al-Masjidil Aqshaa yang telah Kami berkahi sekelilingnya aga Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. (QS al-Israa’ ayat 1) Pada tahun ini adalah moment tepat mengenang Peristiwa Israa’ Mi’raj mengingat tepat saat ini sudah 1400 tahun berlalu, sekaligus tulisan ini dibuat pada bulan Rajab. Kaum Muslim tentu sudah akrab bahwa, Peristiwa Israa’ Mi’raj terjadi pada bulan Rajab. Telah berlalu hingga ribuan tahun peristiwa tersebut dikenang dengan berbagai bentuk : ada yang berbentuk peringatan, ada yang berbentuk perayaan dan ada yang tidak melaksanakan keduanya. Pada sejumlah negeri mayoritas penduduk Muslim, peristiwa itu dikenang dengan kegiatan tertentu, terlepas dari dalil syar’i yang mendasari amalan tersebut. Penulis tidak bermaksud masuk dalam ruang perdebatan tersebut. Itu masalah khilafiyyah atau furu’iyyah yang akan selalu ada hingga akhir zaman. Di Indonesia, sebagaimana dengan peringatan peristiwa keagamaan lainnya semisal Maulid Nabi dan Nuzulul Qur-an, biasanya acara mengenang Israa’ Mi’raj berisi pembacaan sejumlah ayat al-Qur-an, pembacaan terjemahannya, ceramah dan ditutup dengan doa oleh yang hadir. Terkadang dirangkai dengan acara bakti sosial semisal khitanan massal atau santunan kepada anak yatim piatu. Dalam tulisan ini pembaca mencoba fokus pada materi ceramah terkait Isra’ Mi’raj, penulis memiliki kesan bahwa isi ceramah terkait Israa’ Mi’raj cenderung begitu-begitu saja atau dangkal : berputar-putar pada kisahnya itu sendiri dan ujung-ujungnya adalah uraian perintah shalat 5 waktu. Seakan Israa’ Mi’raj adalah murni peristiwa ritual-spiritual yang harus difahami secara ritual-spiritual pula. Tidak lebih. Sangat jarang yang mengangkat aspek selain itu padahal ada. Penulis menilai ada 2 kemungkinan para penceramah besikap demikian : tidak tahu atau tidak berani. Memang Peristiwa Israa’ Mi’raj adalah peristiwa ritual-spiritual, namun sebagaimana aspek atau praktek semua ritual-spiritual dalam ajaran Islam semisal shalat atau puasa, ada nilai-nilai sosial yang dituntut hadir dalam kehidupan sehari-hari. Semua ajaran ritual-spiritual dalam Islam memiliki aspek sosial termasuk politik. Dalam shalat misalnya, praktek ritual-spiritual paling dasar pun dalam Islam ternyata memiliki nilai-nilai sosial semisal disiplin tepat waktu, tepat janji, patuh kepada pemimpin – jika / dalam shalat berjama’ah. Pendidikan dasar mengatur masyarakat atau negara ternyata ada dalam shalat. Ini contoh sederhana saja. Islam tidak memisahkan antara dunia dengan akhirat, jasmani dengan ruhani, syari’at dengan hakikat, material dengan spiritual, ritual dengan sosial. Kesemuanya harus seimbang. Kembali kepada Israa’ Mi’raj, penulis melihat ada aspek sosial-politik dibalik peristiwa ritual-spiritual tersebut. 1. Peristiwa Rasulullaah SAAW menjadi imam shalat bersama ruh para nabi sebelum beliau di kompleks yang disebut dalam al-Qur-an Surah al-Isra’ ayat 1 dengan sebutan Masjid al-Aqshaa. Pertama perlu diketahui bahwa, apa yang disebut dengan Masjid al-Aqshaa tidaklah berbentuk bangunan sebagaimana disaksikan sekarang. Bangunan yang kini disebut Masjid al-Aqshaa ada sejak tahun 691, bangunan tersebut ada pada perioda Kerajaan Ummayah. Artinya bertahun-tahun setelah Israa’ Mi’raj. Ketika Israa’ Mi’raj, pengertian Masjid al-Aqshaa dalam QS al-Isra’ ayat 1 adalah tanah lapang di bagian kota tua Yerussalem - yang kini dikenal dengan sebutan Haraam al-Syariif. Bagian kota tua ada di sisi timur, adapun bagian kota modern ada di sisi barat. Peristiwa Rasulullaah SAAW mengimami shalat bersama ruh para nabi mengandung makna bahwa, misi mewujudkan tatanan global berdasar tauhid / monoteisme diserahkan kepada Nabi Muhammad SAAW dan umatnya – yaitu umat Islam. Yang dipilih Allaah sebagai nabi terakhir dan umat terakhir. Selama ribuan tahun tatanan dunia didominasi oleh faham syirik beserta praktek takhyul, bid’ah dan khurafat. Para umat nabi sebelum umat Islam dinilai tidak amanah lagi melaksanakan misi tauhid tersebut. Bahkan mereka justru tenggelam atau tercemar dalam faham dan praktek syirik, takhyul, bid’ah dan khurafat. Mengubah isi kitab suci mereka sesuai dengan selera mereka setelah para nabi mereka wafat. Karena itu kepemimpinan tauhid dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAAW dan umat Islam. Allaah telah memilih bahwa kitab suci Islam yaitu al-Qur-an tetap terjaga keasliannya dan agama yang dibawa oleh Rasulullaah SAAW adalah agama universal, berlaku untuk segala ruang, waktu dan orang. Tidak ada nabi setelah Nabi Muhammad SAAW. Kaum Muslim generasi awal telah sukses melaksanakan misi tersebut, mereka meletakkan dasar supremasi Islam yang kelak bertahan selama sekitar 1000 tahun. Dalam perioda tersebut kaum Muslim menguasai sekitar separuh dunia beradab yang ketika itu mencakup sebagian besar wilayah di Asia, Afrika dan Eropa. Ketika itu benua yang kelak disebut Amerika masih misteri. Bahkan tersebut riwayat bahwa kaum Muslim telah sampai ke benua Amerika jauh sebelum orang Eropa menemukannya. Mereka sempat mengislamkan penduduk pribumi di benua tersebut – yang kelak diberi istilah keliru yaitu “Indian” (orang India). Istilah tersebut diberi oleh Christophorus Colombus yang berniat ke India namun tidak sampai. Kemudian pribumi di situ seenaknya diberi istilah Indian. Dia menyangka telah sampai ke India padahal bukan. Dan ternyata Colombus belum tiba di benua tersebut, namun hanya sampai di wilayah Kepulauan Karibia. Ada kemungkinan nama Karibia berasal dari bahasa Arab. Kini, kaum Muslim harus kembali mengingat tugasnya melaksanakan misi tauhid sedunia. Jangan sampai kelamaan bernasib terpuruk sebagaimana sekarang : menjadi bahan mainan, pelecehan, penghinaan umat lain. Nasib jelek begini sudah berlangsung sekitar 200 tahun kemari. 2. Pemilihan Masjid al-Aqshaa sebagai titik keberangkatan menuju tempat tinggi (mi’raj), yaitu alam spiritual yang paling sakral – yang dikenal dengan nama “Sidratul Muntaha”. Alam paling sakral di semesta ini yang bahkan para malaikat pun tidak diizinkan masuk. Nabi Muhammad lah satu-satunya makhluk yang diizinkan masuk. Langsung melihat Allaah dengan segenap jiwa raganya. Peristiwa ini memiliki makna bahwa, kaum Muslim – yang waktu itu hanya ada di Arabia - harus tahu ada tempat suci di luar negeri mereka. Di luar Arabia. Bukan hanya Masjid al-Haraam di Makkah, bukan hanya Masjid Nabawiy di Madinah – yang dibangun setelah Israa’ Mi’raj, setelah Rasulullaah SAAW hijrah. Tempat suci yang juga harus dijaga sebaik-baiknya yaitu Palestina. Di negeri tersebut ada kota Yerussalem (Arab : Bayt al-Maqdis / al-Quddus al-Syariif / Ursyaliim. Israel / Ibrani : Yerusyyalahim). Kota suci bagi kaum Yahudi, Kristiani dan Muslim. Sekaligus mengingatkan kaum Muslim awal bahwa, mereka tidak sendiri. Kaum Muslim lebih layak menguasai Palestina karena mereka dibebani kewajiban menjaga situs keramat agama lain – yang nota bene adalah agama serumpun – yaitu Yahudi dan Kristiani. Ketiga agama tersebut termasuk agama rumpun Semit(ik) (Arab : Samiyyah) atau rumpun Abraham(ik) (Arab : Ibrahiimiyyah. Israel / Ibrani : Avraham). Selain harus beriman kepada Nabi Muhammad SAAW dan al-Qur-an, mereka juga dituntut beriman kepada Nabi Muusa AS dan kitab Taurat serta Nabi ‘Isa al-Masih AS dan kitab Injil sebagai kitab yang aslinya berasal dari wahyu Allaah. Secara menyeluruh, selama kaum Muslim menguasai Palestina, berbagai situs agama serumpun tersebut terjaga dengan baik. Kaum Yahudi, Kristiani dan Muslim juga secara menyeluruh hidup bersama dengan damai. Harmoni tersebut memang sempat terganggu oleh perang salib yang dikobarkan oleh Kristiani Eropa. Perang yang dilancarkan oleh imperialis-kolonialis Barat tersebut terbentang dari Iberia hingga Levant dalam rangka merebut kembali wilayah tersebut dari kaum Muslim. Sejak tahun 1917, Palestina kembali terlepas dari kaum Muslim sebagai akibat kekalahan Turki ‘Utsmaniyyah terhadap Sekutu dalam Perang Dunia-1. Secara berangsur kaum Muslim makin berkurang jumlahnya dan situs-situs keramat Islam diganggu dan ada juga yang lenyap. Sejak menguasai Kota Tua Yerussalem, kaum zionis berusaha melenyapkan situs Islam di Yerussalem – terutama bangunan yang dikenal dengan Masjid al-Aqsha. Di kota Hebron (Arab : al-Khaliil), Masjid Ibrahiim al-Khaliil telah dicaplok oleh kaum zionis seluas 2/3 untuk menjadi sinagoga. Yang masih tersisa sebagai masjid hanya 1/3. Dalam masjid tersebut terdapat makam Nabi Ibrahiim AS, Nabi Is-haq AS dan Nabi Ya’qub AS beserta istri masing-masing. Ketika kaum salibis menguasai Palestina, komplek al-Aqsha dijadikan gereja dan istana para penguasa Eropa. Dari penuturan tersebut dapatlah disimpulkan bahwa, segala situs sakral ketiga agama serumpun di Pelestina akan terlindungi jika di bawah kuasa kaum Muslim. Nah, dari penjelasan tersebut di atas, apakah kaum Muslim harus / layak pesimis? Dalam al-Qur-an jelas ada larangan pesimis. Pada sejumlah ayat, Allaah telah berjanji akan menolong kaum Muslim jika syarat-syaratnya terpenuhi. Penulis kutip sejumlah ayat tersebut dari “Al-Qur-an Dan Terjemahnya”. Hasil kerja sama antara Republik Indonesia dan Arab Saudi. 1. QS al-Anbiyaa’ ayat 105-107 : “Dan sungguh telah Kami tulis di dalam Zabuur sesudah (Kami tulis dalam) Lauh al-Mahfuzh, bahwasanya bumi ini dipusakai hamba-hambaKu yang saleh. Sesungguhnya (apa yang disebutkan) dalam (surat) ini, benar-benar menjadi peringatan bagi kaum yang menyembah (Allaah). Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam”. Jelas syarat dalam ayat tersebut di atas, untuk layak menguasai bumi ini adalah amal saleh. 2. QS an-Nuur ayat 55 : “Dan Allaah telah berjanji kepada orang-orng yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang diridhaiNya untuk mereka, akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahKu dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah janji itu, mereka itulah orang-orang yang fasik”. Jelas syarat dalam ayat tersebut di atas, untuk layak menguasai bumi ini adalah iman kepada Allaah dan dbuktikan dengan amal saleh. Demikian uraian sederhana dari penulis terkait dengan mengenang Israa’ Mi’raj. Semoga upaya sederhana ini tercatat sebagai amal saleh bagi penulis sekaligus bemanfaat besar bagi umat. Aamiin yaa Allaah. Tangerang Selatan – Banten, 27 Februari 2021.
????
Komentari Tulisan Ini
Tulisan Lainnya
PPDB SDIT AT TAUBAH BATAM TA. 2024/2025 SEGERA DIBUKA
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) SDIT AT TAUBAH Tahun Pelajaran 2024/2025 akan segera di buka pada Senin, 09
MABIT Level 6 "Sehari Lebih Dekat Dengan Al-Qur'an"
"Menjadikan Al-Qur'an sebagai sahabat di Dunia" menjadi Tema dalam MABIT (Malam Bina Iman dan Taqwa) untuk Level 6 SDIT At Taubah di semester ganjil TA. 2023-2024. Siswa-siswi
Implementasi Kurikulum Merdeka Semester Ganjil TA. 2023-2024 SDIT At Taubah
Kurikulum merdeka sudah mulai diimplementasikan di SDIT At Taubah mulai Tahun Ajaran 2023-2024. Salah satu bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kurikulum merdeka adalah adanya kegiat
MABIT Level 5 : Memupuk Keimanan Dan Ketaqwaan Kepada Allah SWT
Keimanan dan ketakwaan seseorang kadang naik, kadang turun. Sebab itulah, konsistensi pemeliharaan keduanya sangat diperlukan. Sebagai sekolah Islam, di SDIT At Taubah Batam mendesign k
Kelas Inspirasi SDIT At Taubah ”Sehari Berbagi Profesi” : Semangat Wujudkan Cita-cita
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh..... Hallo Sahabat SDIT At Taubah. SDIT At Taubah terus berupaya meningkatkan motivasi belajar siswa/i untuk menggapai cita-cita, salah satu
Pembelajaran Budi Pekerti tentang Thaharah (Wudhu) SDIT At Taubah
Pendidikan karakter dan budi pekerti memang harus diterapkan pada setiap anak sejak dini. Pada anak usia sekolah dasar harus dilatih dan diajarkan bagaimana pentingnya pendidikan karakt
Kunjungan Museum Penerangan Secara Virtual Tour Kelas 5 Ubay SDIT At Taubah
Di hari Senin, 28 Agustus 2023 sebanyak 28 siswa-siswi Kelas 5 Ubay SDIT At Taubah melakukan Kunjungan Museum Penerangan yang berlokasi di Taman Mini Indonesia Indah di bawah Kementeria
Tasmi' Qur'an Per Juz Siswa-Siswi SDIT At Taubah
SDIT At Taubah adakan Tasmi’ Hafalan Qur’an Perjuz selama satu hari di Masjid At Taubah pada Rabu, 23 Agustus 2023. Tahfidz Qur’an adalah sebuah Program kegiatan ungg
Rabu Bersih, Guru & Siswa Bersihkan Lingkungan Sekolah
Kebersihan adalah sebagian dari iman, demikian Islam mengamanatkan betapa pentingnya kebersihan, sehingga dipandang sebagai sebagian dari iman. Untuk itu kesadaran akan pentingnya keber
Lomba Volly Meriahkan Peringatan HUT Ke-78 RI Yayasan Wakaf At Taubah
Banyak kegiatan yang digelar dalam peringatan Hari Ulang Tahun ke-78 Republik Indonesia, salah satunya dengan berbagai lomba. Voli merupakan lomba wajib dalam memeriahkan acara HUT RI.
Masha