Guru dan Hari Guru Nasional

Dalam istilah jawa dikatakan guru itu digugu dan ditiru. Digugu artinya  didengar ucapannya dan ditiru perilakunya. Seorang guru bisa juga dikatakan sebagai publik figur, gerak geriknya selalu dilihat dan diperhatikan oleh orang disekelilingnya serta akan ditiru tingkah lakunya oleh siswa.

Guru juga orang tua kedua bagi siswa segala ucapan dan petuahnya akan didengar dan patuhi oleh siswa, bahkan terkadang mengabaikan ucapan orang tua. Menjadi seorang guru bukan hanya sekedar mengajar dengan mentransfer ilmu, akan tetapi menjadi guru juga mendidik dan membimbing siswa untuk menjadi lebih baik. Namun bukan perkara mudah karena guru harus memiliki karakter yang bisa menjadi contoh yang baik bagi siswa siswinya.

Menurut UU no. 14 tahun 2005 guru “adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.”

Proses pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar tidak lepas dari peran seorang guru, tanpa adanya guru maka pembelajaran akan sulit dilakukan. Namun demikian guru juga harus memiliki standar kompetensi

Ada anggapan bahwa guru itu sekedar pelengkap bahkan ada postingan yang menyebar di grup wa bahwa guru itu ibarat gula dalam secangkir  kopi. Ketika kopi terlalu manis gula disalahkan karena dapat menyebabkan diabetes, ketika kopi kurang manis gula juga disalahkan karena pelit, tapi ketika takarannya seimbang antar gula dan kopi maka yang dipuji adalah kopinya dan kopinya mantap rasanya.

Sosok seorang guru memang berbeda dengan pahlawan yang gugur di medan perang, yang rela mengorbankan jiwa dan raganya. Namun guru adalah orang yang mau membagikan ilmunya, menjadi sosok pengganti orang tua di sekolah, seseoang yang mampu mengubah pola pikir sehingga bisa merubah hidup menjadi lebih baik. Karena inilah guru disebut dengan pahlawan tanpa tanda jasa, tidak seperti pahlawan yang gugur di medan perang yang diberi gelar pahlawan reformasi, pahlawan revolusi dan pahlawan nasional.

Setiap tanggal 25 November diperingati hari Guru Nasional dan hari PGRI tujuannya adalah untuk menghargai jasa-jasa guru yang diberikan kepada penerus bangsa ini. Kreatifitas dan dedikasi guru menuju Indonesia Maju adalah tema yang diambil pada peringatan PGRI ke 75 ini. Tentunya diharapkan agar guru semakin kreatif dalam pembelajaran, terlebih saat ini kondisi pandemi covid-19 belum juga berakhir.

Profesionalisme jabatan guru tidak bersifat statis, tetapi dinamis. Implikasi dari hal ini adalah guru perlu senantiasa meningkatkan kompetensinya. Untuk menjaga profesonalisme, setiap guru selalu mengembangkan kompetensinya. Kapanpun dan dimanapun kompetensi harus ditingkatkan. Jika kita menyimak dari media massa, terutama media cetak banyak sekali kritik dilontarkan kepada guru. Dari sudut pandang positive thinking, lontaran kritik tersebut bukan bersifat pribadi dan bukan ungkapan rasa benci, tetapi sebaliknya justru karena penghargaan terhadap profesi guru. Anggota masyarakat justru merasa bahwa peran guru yang sangat startegis untuk menghantarkan generasi sekarang ke masa depan bangsa yang lebih cermerlang.

SDIT At Taubah tidak ketinggalan dalam memperingati hari PGRI, berbagai lomba untuk para guru juga diadakan, lomba tahfidz, lomba Volly, lomba sepak takrow, lomba senam serta lomba permainan permainan yang ringan. Hal ini menunjukkan bahwa guru di SDIT At Taubah tidak hanya pandai mengajar siswa tapi dalam pengembangan diri juga tidak diragukan lagi. Dan tentunya masyarakat Batu Aji sangat mempercayai SDIT At Taubah sebagai tempat menuntut ilmu badi putra-putrinya.[]

Selamat Hari Guru Nasional dan hari PGRI ke 75

Kreatifitas dan dedikasi guru menuju Indonesia Maju

Oleh: Syafa'ati, S.E (Kepala SDIT At Taubah)